Kamis, 17 November 2011

Kisah Trilogi Seruling Versus Flute Bagian III

Peperangan Seruling Versus Flute semakin menggila. Tapi sejauh ini belum nampak siapa yang akan jadi pemenang. Keduanya sama sama kuat, kedua duanya bersuara merdu dan kedua duanya tidak ada yang mau mengalah. Sampai akhirnya keduanya merasa kelelahan. Keringat bercucuran dan nafas mereka sudah hampir habis. Mata mereka berkunang kunang karena kehabisan energi. Keduanya berhenti sejenak mengatur nafas masing masing.




"Flute sepertinya kita tidak ada yang lebih unggul". Seruling berkata kepada Flute mencoba menawarkan gencatan senjata.
"Itu kamu Ling. kalau aku tidak akan berhenti melawanmu" Sergah Flute menolak tawaran Seruling. Tapi dia tidak menolak ketika Seruling kembali menawarkan untuk istirahat.
Keduanya saling menjauh dan kemudian berdiam menenangkan diri.
Flute memikirkan kata kata Seruling tadi bahwa tidak ada yang lebih unggul. Sejenak Flute berpikir memang benar keduanya tidak ada yang lebih unggul. Sampai kapanpun tidak ada yang lebih bagus satu dan lainnya. Flute ingat tujuan diciptakan dirinya untuk pertama kali yaitu untuk menemani manusia dalam menjalani kehidupannya. Bisa saja dia lebih abadi dari manusia yang menciptakannya tapi dia tetap berfungsi sebagai pendamping manusia. Flute juga menyadari bahwa dirinya bukanlah produk negeri ini. Bukan pula negeri ini yang mencetaknya menjadi sebuah alat musik. Flute hanyalah alat import untuk digunakan di negeri ini. Walaupun sebagian orang memandang Flute sebagai hasil budaya modern dan maju tetapi sebenarnya Flute hanyalah sebuah alat. Tentu bila negeri ini tidak mempunyai kepercayaan kepada Flute ngapain mereka susah susah mengimport Flute dari pabriknya di luar negeri ?. Flute menyadari bahwa dia harus membangun negeri ini sesuai dengan kemampuannya.
Kehidupannya sekarang adalah di negeri ini. Bukan dinegeri asalnya.
Sejenak Flute memandang Seruling yang masih duduk disana. Tidak seharusnya negeri ini menyingkirkan Seruling. Negeri ini tidak tahu betapa berharganya Seruling untuk mereka. Ciptaan dari tangan mereka sendiri kenapa harus disingkirkan ? Pribadi mereka sendiri dan kekayaan alam mereka sendiri yang terpancar dari wajah Seruling kenapa harus di buang ? Kalau dibuang berarti negeri ini nggak punya wajah dong. Masak akan digantikan dengan Flute yang nyata nyata dia tidak berwajah negeri ini ?. Flute belum bisa menemukan jawaban tersebut.
Mungkinkah Seruling yang tercipta pada masa penjajahan dahulu sekarang masih dianggap sebagai hasil budaya yang lama, kuno serta dianggap udik bila ada orang meniup suaranya ? Itu anggapan dari orang orang negeri ini sendiri yang tidak mengetahui tentang Flute sebenarnya. Flute sebagai hasil dari negeri yang dianggap modern tidak lebih bagus dari Seruling yang dianggap kuno tersebut.

Flute berdiri dan menghampiri Seruling kemudian mereka duduk berdua berdekatan.
"Ling... Sebenarnya kita berdua diciptakan untuk menemani masyarakat negeri ini dalam membangun kehidupannya". Kata Flute pada Seruling.
"Itulah tujuan utama kita berdua Plut.., kau diciptakan disana dan aku diciptakan pada masa penjajahan, tapi tujuan kita diciptakan sebenarnya adalah sama". Kata Seruling sambil memandang wajah Flute.
Flute menangguk tanda memahami.
Flute memandang Seruling dan Serulingpun memandang Flute. Mereka berdua saling memahami kelebihan dan kekurangan masing masing.
"Marilah kita berdua saling bahu membahu untuk membangun negeri ini, saling bekerja sama menemani bangsa ini meraih kemakmuran negaranya". Kata Flute sambil merangkul Seruling.
Seruling mengangguk tanda setuju dan dia juga merangkul Flute sebagai tanda bersatu untuk berdua membangun negari yang mereka pijak.

Maka terciptalah musik ini. Sampai diakhir musik tidak ada yang lebih dominan. berdua mereka sahut menyahut saling mengisi dan menutupi kekurangan pasangannya. Begitulah mereka hidup di dunia musik di suatu negeri yang indah. Zamrud Khatulistiwa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar